Temuan Dr. Andrew Kaufman, Mutasi Virus, hingga Indikasi Bio War


Media Londonreal telah memuat wawancara Dr. Andrew Kaufman terkait riset yang telah dilakukannya secara independen, mengenai virus corona. Dalam penelitian tsb Dr. Andrew Kaufman mengaku telah memeriksa semua dokumen ilmiah atas klaim para saintis yang menyatakan telah menemukan adanya strain baru virus corona, Covid-19. Tidak hanya itu, Dr. Andrew Kaufman juga memeriksa dan meneliti semua prosedur yang digunakan dalam mendeteksi dan menetapkan adanya virus tsb. Hingga membandingkannya dengan metode/prosedur yang sebelumnya digunakan dalam membuktikan adanya virus sebagai penyebab suatu penyakit.

Hasilnya menarik.

Katanya, Dr. Andrew Kaufman para saintis tidak melakukan prosedur ilmiah yang seharusnya digunakan dalam mendeteksi adanya virus, seperti memurnikannya terlebih dahulu dari sampel materi materi genetik lain. Dengan prosedur seperti itu, katanya Dr. Andrew Kaufman sama sekali tidak bisa membuktikan adanya sebuah virus yang benar benar eksis.

Dr. Andrew Kaufman menjelaskan lebih jauh, sampel materi genetik yang diambil sangat mungkin terdiri dari materi materi genetik lain, seperti sel paru paru, dahak, bakteri, jamur, exosome, materi genetik bebas hingga imunitas kita sendiri. Semua genetik tsb masing masing mempunyai DNA/RNA sendiri. Namun kesalahan saintis tidak memurnikannya terlebih dahulu lalu mengidentifikasi urutan RNA dari makhluk yang diklaim sebagai virus corona.

Secara singkat, sampel materi genetik yang diambil saintis dari inang itu, sangat tidak murni, berisi banyak makhluk yang notabene memiliki RNA masing masing. Dan tanpa memurnikannya terlebih dahulu sangat tidak mungkin diketahui itu RNA siapa, dan jelas tidak bisa dibuktikan kalau adanya suatu virus yang benar benar eksis. Ucap Dr. Andrew Kaufman.

Jadi titik tekan Dr. Andrew Kaufman terletak pada prosedurnya. Memang benar, RT-PCR (Reverse Transcription – Polimerase Chain Reaction) menggunakan metode sentrifugasi untuk memisahkan DNA dari inang nya. Nah, inilah yang justru dikritik oleh Dr. Andrew Kaufman, mengapa mengambil DNA dari materi genetik yang belum dimurnikan itu. Singkatnya, DNA yang diambil itu nggak jelas materi genetik siapa.

Prosedur yang semestinya digunakan, kata Dr. Andrew Kaufman, setelah sampel genetik diambil dari paru paru pasien, murnikan dulu materi genetik itu, lalu lakukan sentrifugasi untuk mengisolasi virus. Setelah diisolasi, barulah DNA/RNA virus bisa diambil. Nah, yang dilakukan saintis hanya metode sentrifugasi, yakni mengisolasi virus tanpa memurnikannya terlebih dahulu.

Kesalahan prosedur yang digunakan saintis itu dalam mendeteksi virus itulah yang mendorong Dr. Andrew Kaufman melakukan penelitian sendiri dengan prosedur yang semestinya, terhadap munculnya penyakit yang disebut Covid-19 yang katanya disebabkan oleh virus corona.

Apa yang dikatakan Dr. Andrew Kaufman memang menarik untuk dianalisis lebih jauh.

Tepat tgl 5/01/2020 WHO mengumumkan adanya sebuah wabah. Tapi belum diketahui, wabah apa. Seminggu kemudian, 12/01/20 WHO mengklaim telah menemukan wabah tsb. Selanjutnya dinamakan virus corona.

Anehnya, dalam rentan waktu seminggu itu, penelitian tentang wabah tsb tidak pernah dipublikasi, tiba tiba saja WHO mengklaim adanya sebuah virus. Dengan kata lain, tidak ada penelitian yang dijadikan dasar hingga ditetapkan adanya strain baru virus corona.

Penelitian baru dilakukan 13/01/2020 di Berlin. Nah, dokumen hasil penelitian inilah yang diperiksa Dr. Andrew Kaufman dan selanjutnya mengatakan bahwa prosedur yang digunakan, dimuat dalam dokumen penelitian ini, keliru. Lebih jauh Dr. Andrew Kaufman mangatakan ini hanya prosedur pemeriksaan kanker biasa. Nggak ada pemurnian virus, nggak ada visualisasi virus sebagai spesies baru. Saintis hanya membandingkan urutan DNA materi genetik itu dengan urutan DNA materi generik Sars, dan ditemukanlah bahwa 75% DNA materi genetik tsb mirip dengan Sars. Dari sinilah akhirnya diklaim bahwa ini pasti virus corona, saudara kandung dari Sars. (Lihat: WHO )

Itulah kesalahan patal para saintis dalam mendeteksi virus. Menetapkan jenis virus dengan hanya membandingkan urutan DNA materi genetik yang sama sekali belum dimurnikan dengan urutan DNA materi genetik lainnya. Jelas patal.

Sebagai contoh, menurut sains sendiri, urutan DNA materi genetik ikan zebra, 80% sama dengan urutan DNA materi genetik manusia. Lantas apa kita sebagai manusia bisa disebut saudara ikan zebra. (SCI News)

Dari hasil riset Dr. Andrew Kaufman diatas dapat kita katakan, bahwa tes RT-PCR yang selama ini dilakukan dalam membuktikan keberadaan virus corona tidak akan pernah kredibel atau valid (false positive). Sebab virus nya tidak pernah dimurnikan.

Lebih jauh, data tentang korban Covid-19 saat ini perlu diragukan. Jangan jangan korban yang selama ini diklaim sebagai dampak Covid-19 sesungguhnya bukanlah akibat virus corona, melainkan akibat materi genetik (spesies) lain.

Dampak lainnya, akibat virus tidak pernah dimurnikan, maka tentunya vaksin yang tepat juga tidak akan pernah bisa ditemukan. Sebagai contoh, virus Sars dan Mers sampai sekarang tidak pernah ditemukan vaksinya. Begitu juga HIV/AIDS.

Sejak kemunculan virus HIV/AIDS, 2003 lalu, seorang peneliti dari Johns Hopkins University bernama Prof. James Hildreth mengatakan bahwa virus yang dikatakan HIV itu sebetulnya bukanlah virus, melainkan Exosome. (rupress/jbc)

Itulah makanya kata Prof. James Hildreth vaksin tidak dapat ditemukan sampai sekarang. Disebutkan virusnya tak pernah berhenti bermutasi.

Yaa exosome memang begitu, selalu berubah sesuai kadar racun yang ada dalam tubuh, tingkat stress dan unsur sejenisnya.

Nah, hasil riset, Dr. Andrew Kaufman kali ini juga sama dengan kesimpulan Prof. James Hildreth ketika pertama kali melakukan riset atas HIV/AIDS, 2003. Dr. Andrew Kaufman mengatakan bahwa apa yang selama ini kita sebut sebagai virus corona, Covid-19, itu ternyata bukanlah virus, melainkan exosome. Exosome adalah partikel berukuran kecil (nano) yang mengandung micro-RNA (miRNA), digunakan antar sel dalam berkomunikasi. (Lihat: youtube )

Dr. Andrew Kaufman adalah saintis, ahli biologi, kedokteran, onkologi sekaligus berprofesi sebagai psikiatri. Lulusan Medical University of South Carolina juga Massachusetts Institute of Technology.

Temuan riset Dr. Andrew Kaufman mengatakan kalau Covid-19 itu sebetulnya exosome menarik kita simak lebih lanjut. Karakter dasar Exosome yang selalu berubah rubah ini, selanjutnya disebut bermutasi.

Sejalan dengan temuan Dr. Forster, seorang ahli virus yang mengatakan virus (baca: exosome) kini telah bermutasi menjadi tiga Tipe. Awalnya adalah jenis virus tipe A yang kemudian bermutasi menjadi tipe B di China, kemudian tipe C (prince dari B) inilah yang berevolusi di luar China.

Virus tipe B yang ada di China telah berhasil menyingkirkan pendahulunya (tipe A). Dan akhirnya tipe B nyaman dalam sistem imunitas tubuh orang orang di Wuhan. Selanjutnya virus tipe B itu juga banyak menginfeksi tubuh orang orang di luar Wuhan, seperti Swiss, Jerman, Prancis, Belgia dan Belanda. Di negara negara tsb karakter virus menjadi lebih ganas, sementara di Wuhan sudah lebih nyaman.

Untuk tipe C (turunan dari tipe B) dikatakan telah menyebar ke Eropa melalui Singapura hingga membabi buta menyerang Italia.

Kesimpulannya adalah ternyata virus telah beradaptasi, bermutasi mencoba menyerang dan bertahan di antara populasi populasi manusia sebagaimana karakter exosome.

Sementara kalau kita simak karakter mutasi dan tipe yang menyerang dunia, maka sepertinya memang ada unsur penyebaran virus baru yang disengaja. Lebih jauh sebagai bagian dari Bio War. Para ahli dan penyebar virus ini rupanya benar benar paham karakteristik imunitas dari ras China, Asia dan Kaukasus (Barat). Sekian!

Posting Komentar

0 Komentar